Pengertian, Macam, Jenis, Ciri, Prinsip

etika-4799628-8565324-jpg

Definisi Etika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis pengertian etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

etika-9282529

Menurut Wikipedia, etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethikos” yang berarti “yang timbul dari kebiasaan”. Secara metodologis, tidak semua yang menilai tindakan dapat disebut etika, etika adalah sikap kritis, metodis dan sistematis dalam pelaksanaan refleksi.

Inilah sebabnya mengapa etika adalah ilmu yang objeknya adalah manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang mengkaji perilaku manusia, etika juga memiliki sudut pandang normatif, artinya melihat baik buruknya perbuatan manusia.


Jenis-jenis etika

Dilihat dari jenisnya, ada 3 jenis etika, yaitu filosofis, teologis dan hubungan kedua etika tersebut. Ini penjelasannya.


Secara harfiah, etika filsafat adalah etika yang bersumber dari kegiatan berfilsafat atau berpikir yang dilakukan oleh manusia. Itulah sebabnya etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat.

Karena termasuk filsafat, maka jika berbicara tentang etika tidak lepas dari filsafat, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa jika seseorang ingin mengetahui unsur-unsur etika maka ia juga harus bertanya tentang unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan 2 ciri etika.

1). Tidak Empiris

Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau konkrit. Namun berbeda dengan filsafat yang mencoba melampaui yang konkrit yang seolah menanyakan apa yang ada di balik fenomena konkrit tersebut. Begitu juga dengan etika yang tidak berhenti pada apa yang sebenarnya dilakukan, tetapi menanyakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

2). Praktis

Dalam berbagai cabang filsafat berbicara tentang sesuatu yang “ada”. Filsafat hukum, misalnya, mempelajari apa yang benar. Namun tidak demikian, etika tidak hanya sebatas itu tetapi menanyakan tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan etika tersebut sebagai cabang filsafat yang bersifat praktis, dan berkaitan langsung dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, namun harus diingat bahwa praktis bukan berarti menawarkan resep yang sudah jadi. Etika juga tidak bersifat teknis tetapi bersifat reflektif, artinya etika hanya membahas tema-tema dasar seperti hati nurani, kebebasan dan hak dan kewajiban, dll.


Etika Teologis

Dalam hal ini ada 2 hal yang perlu diingat, pertama etika teologis tidak hanya dimiliki oleh agama tertentu saja tetapi setiap agama dapat memiliki etika tersebut secara individual.
Contoh dalam etika Kristen misalnya etika teologis adalah etika yang berangkat dari pengandaian tentang Tuhan atau Tuhan, juga menganggap kesusilaan berasal dari dalam kepercayaan kepada Tuhan.
Itulah sebabnya Jongeneel menyebut “etika teologis” sebagai “etika transenden dan etika teosentris”. Etika teologi Kristen juga memiliki tujuan yang sama dengan etika pada umumnya, yaitu perilaku manusia.
Dan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya berdasarkan apa yang diyakini dan sistem nilai yang dianut.


Hubungan antara Etika Filsafat dan Etika Teologis

Sepanjang sejarah perjumpaan antara kedua etika tersebut, telah ditemukan 3 jawaban yang menonjol atas pertanyaan di atas, yaitu:

Tanggapan ini datang dari Agustinus (354 – 430) yang menyatakan bahwa etika teologi memiliki tugas untuk merevisi, yaitu memperbaiki dan memperbaiki etika filosofis.

Jawaban kedua ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225 – 1274), ia mensintesakan etika filosofis dan teologis sedemikian rupa sehingga kedua jenis etika ini tetap mempertahankan identitasnya masing-masing dan menjadi satu hal yang baru.
Pada akhirnya diperoleh hasil berupa etika filosofis yang merupakan lapisan bawah yang bersifat umum, tetapi etika teologis merupakan lapisan atas yang bersifat khusus.

Jawaban ini ditemukan oleh FED Schleiermacher pada (1768 – 1834), yaitu pandangan tentang dua etika sebagai gejala paralel. Ini dapat dibandingkan dengan sepasang jalur kereta api paralel.
Mengenai pendapat di atas ada beberapa keberatan, seperti pendapat Agustinus, terlihat jelas bahwa etika filosofis tidak dijunjung tinggi pada tataran yang sama dengan etika teologis.

Sedangkan pendapat Thomas Aquinas dikomentari sama dengan pendapat Agustinus
Kemudian ada pendapat yang menyatakan perlunya hubungan dialogis antara keduanya. Dengan hubungan yang dialogis ini, hubungan keduanya akan terjalin, bukan hanya saling menatap dari dua cakrawala yang sejajar.

Oleh karena itu diharapkan hubungan ini dapat mencapai tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana seharusnya menjalani kehidupan.


Definisi label

Label (Belanda) selembar kertas yang ditempelkan pada kemasan barang (perdagangan) yang memberitahukan nama, isi, dll tentang barang tersebut.

Etiket berasal dari kata prancis label yang berarti tata krama adat atau cara-cara yang harus diperhatikan dalam pergaulan agar pergaulan selalu baik.

Etiket adalah tingkah laku yang dianggap pantas, pantas, sopan dan hormat terhadap seseorang yang bersifat pribadi, seperti gaya makan, gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya berjalan, gaya duduk dan gaya tidur. Akan tetapi, karena adab seseorang yang menghubungkannya dengan pihak lain, maka adab menjadi kaidah kesopanan dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat.


Fitur Label

Etiket berkaitan dengan cara suatu tindakan, kebiasaan, penggunaan atau cara-cara tertentu yang diadopsi oleh sekelompok orang untuk melakukan sesuatu. Contoh etiket adalah memberi dengan tangan kanan.

Etiket hanya berlaku dalam interaksi sosial. Artinya, jika tidak ada saksi atau orang maka aturan (adat) tidak berlaku. Contohnya adalah ketika seseorang meletakkan kakinya di atas meja sambil duduk di kursi dan orang lain duduk bersamanya, maka ini adalah perbuatan yang bukan adab. Namun, tindakan seperti itu tidak masalah saat tidak ada yang melihat atau saat dia hanya duduk sendirian.

Etiket sangat relatif. Bersikap kasar kepada sekelompok orang tertentu mungkin tidak menjadi masalah bagi kelompok orang lain. Berdahak saat makan adalah pelanggaran etiket yang relatif, sedangkan membunuh atau mencuri adalah pelanggaran etika yang mutlak. Itu sebabnya, dimanapun dan kapanpun membunuh dan mencuri adalah sesuatu yang harus disalahkan. Etiket lebih berkaitan dan melihat hal-hal yang bersifat lahiriah atau penampilan fisik,

Etiket juga sangat erat kaitannya dengan tata krama (kedua posisi bisa berpindah tempat). Oleh karena itu, tata krama yang baik hanya menekankan kesesuaian eksternal terhadap norma. Kesantunan juga bertujuan untuk memperlancar atau menyelaraskan hubungan sosial antar manusia. Kesopanan cenderung mencampuradukkan hal-hal yang penting dan tidak penting. Ada kalanya tata krama mengutamakan hal yang kurang penting. Misalnya, untuk menjabat tangan seseorang yang sudah kita kenal atau akan kita kenal ketika bertemu, atau mengucapkan ‘terima kasih’ kepada seseorang yang memberikan sesuatu.


Prinsip Etiket

  1. RESPECT (menghormati), dalam etiket kita harus memiliki sikap hormat, yaitu menghargai, menghargai, peduli, dan dapat memahami orang lain. Maka sikap hormat itu sangat penting agar jika kita menghormati orang lain, maka orang lain juga akan menghormati kita.
  2. Empati adalah dasar dari semua interaksi antar manusia. Untuk dapat merasakan keadaan emosional orang lain. Empati dapat mengontrol sikap, perilaku, dan perkataan kita. Empati membuat kita merasa senang dengan kesenangan orang lain, juga berduka dengan masalah orang lain. Dengan berempati kita bisa lebih bijak dalam bersikap dan adab dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Jujur. Kunci sukses menjalin hubungan yang baik adalah jujur. Dengan mengatakan kebenaran, kita akan menjadi diri kita sendiri tanpa ada yang perlu ditutup-tutupi.

Perbedaan antara label dengan etika

  1. Etiket adalah tentang cara melakukan tindakan manusia. Tata krama menunjukkan cara yang benar, artinya cara yang diharapkan dan ditentukan dalam lingkaran tertentu. Etika tidak terbatas pada bagaimana melakukan suatu perbuatan, etika memberikan norma-norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika berkaitan dengan masalah boleh atau tidaknya suatu tindakan dilakukan.
  2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku meskipun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan meskipun pemiliknya lupa.
  3. Etika itu relatif. Apa yang dianggap tidak sopan dalam satu budaya mungkin dianggap sopan di budaya lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” adalah prinsip etika yang tidak dapat dinegosiasikan.
  4. Etiket hanya melihat orang dari luar, sedangkan etika melihat orang dari dalam. Misalnya, penipu berbicara dengan lembut, sopan, tetapi menipu. Orang bisa menjaga adab tapi munafik, sedangkan orang yang menganut etika tidak bisa munafik, karena jika dia munafik, dia tidak bertindak etis. Orang yang beretika adalah orang yang benar-benar baik.

Contoh Etika dan Etika


“Pada hari senin santri dilarang mandi” Orang yang beretika tidak akan mandi pada hari senin, meskipun ada hajat dan tidak ada saksi yang mengawasinya
Mencuri atau merugikan orang lain
Terlambat untuk bekerja, bekerja atau yang lainnya


Mengupil, kentut, dan meludah adalah tindakan yang dianggap tidak sopan jika orang lain melihatnya, sementara tidak menjadi masalah jika tidak ada orang.
Makan tanpa sendok, adab makan tanpa sendok hanya berlaku bagi kaum borjuis, sedangkan perbuatan seperti itu adalah sunnah dalam Islam.
Arti etiket sendiri lebih sempit terkait dengan cara perbuatan yang harus dilakukan, misalnya memberi sesuatu dengan tangan kanan, menutup mulut saat menguap, dan sebagainya.


ini adalah artikel dari worlddikbud.co.id tentang Etika dan Etika: Pengertian, Macam-Macam, Macam-Macam, Ciri-Ciri, Prinsip, Perbedaan Antara, Beserta Contohnya Semoga Artikel Ini Bermanfaat Untuk Anda Semua.

website Pelajaran SD SMP SMA dan Kuliah Terlengkap

Materi pelajaran terlengkap

mata pelajaran
jadwal mata pelajaran mata pelajaran sma jurusan ipa mata pelajaran sd mata pelajaran dalam bahasa jepang mata pelajaran kurikulum merdeka mata pelajaran dalam bahasa inggris mata pelajaran sma jurusan ips mata pelajaran sma
bahasa inggris mata pelajaran
bu ani memberikan tes ujian akhir mata pelajaran ipa
tujuan pemberian mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah adalah
dalam struktur kurikulum mata pelajaran mulok bersifat opsional. artinya mata pelajaran smp mata pelajaran ipa mata pelajaran bahasa indonesia mata pelajaran ips mata pelajaran bahasa inggris mata pelajaran sd kelas 1
data mengenai mata pelajaran favorit dikumpulkan melalui cara
soal semua mata pelajaran sd kelas 1 semester 2 mata pelajaran smk mata pelajaran kelas 1 sd mata pelajaran matematika mata pelajaran ujian sekolah sd 2022
bahasa arab mata pelajaran mata pelajaran jurusan ips mata pelajaran sd kelas 1 2021 mata pelajaran sbdp mata pelajaran kuliah mata pelajaran pkn
bahasa inggrisnya mata pelajaran mata pelajaran sma jurusan ipa kelas 10 mata pelajaran untuk span-ptkin mata pelajaran ppkn mata pelajaran ips sma mata pelajaran tik
nama nama mata pelajaran dalam bahasa inggris mata pelajaran pkn sd mata pelajaran mts mata pelajaran pjok
nama nama mata pelajaran dalam bahasa arab mata pelajaran bahasa inggrisnya mata pelajaran bahasa arab
seorang pengajar mata pelajaran akuntansi di sekolah berprofesi sebagai
nama mata pelajaran dalam bahasa jepang
hubungan bidang studi pendidikan kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya
dalam struktur kurikulum mata pelajaran mulok bersifat opsional artinya mata pelajaran dalam bahasa arab
tujuan mata pelajaran seni rupa adalah agar siswa

You May Also Like

About the Author: Hack Adm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *