
RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat langkah nyata dalam upaya perlindungan anak, khususnya di lingkungan pendidikan. Melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Pemkot meluncurkan program Zero Bullying sebagai bentuk komitmen menciptakan sekolah yang aman, ramah anak, dan bebas dari kekerasan.
Kepala DP3A Kota Bandung, Uum Sumiati mengungkapkan kekerasan terhadap anak di sekolah masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan catatan DP3A, sekitar 10 persen dari total kasus kekerasan anak di Kota Bandung terjadi di satuan pendidikan.
“Mayoritas kekerasan yang terjadi bersifat psikis, diikuti fisik dan seksual. Ada juga kasus penelantaran. Namun di lingkungan sekolah, bentuk kekerasan psikis masih mendominasi, meski beberapa kasus seksual juga terjadi,” ujar Uum Sumiati, Sabtu (11/10/2025).
Menurut Uum, deklarasi sekolah ramah anak tidak hanya bertujuan menekan angka kekerasan, tetapi juga memastikan penanganan setiap kasus dilakukan dengan cepat dan tepat agar hak anak tetap terlindungi.
“Tujuan akhirnya memang menekan angka kekerasan terhadap anak. Tapi bukan berarti kalau masih ada kasus lalu dianggap gagal. Yang terpenting adalah penanganannya bisa berjalan baik sehingga hak anak tidak terputus,” ucapnya.
Uum menjelaskan mekanisme penanganan kasus di lingkungan pendidikan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Bila kasus terjadi di sekolah, Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Anak di sekolah menjadi pihak pertama yang menangani.
“Kalau kasusnya terjadi di luar sekolah, bisa dilaporkan ke kami. Apabila Satgas tidak mampu menyelesaikan, maka kasus akan ditangani DP3A. Dan jika sampai ke ranah hukum, kami akan mendampingi korban hingga tuntas,” jelas Uum.
Lebih lanjut, Uum mengungkapkan DP3A fokus memperluas program Zero Bullying ke 64 sekolah di Kota Bandung, yang terdiri atas 50 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 14 Sekolah Dasar (SD). Program ini merupakan kelanjutan dari implementasi tahun sebelumnya yang telah dimulai di tingkat SMP.
“Penerapannya dilakukan secara bertahap karena banyak komponen yang harus diperkuat. Tahun lalu kita mulai dengan SMP, tahun ini berlanjut ke SD,” kata Uum.
Uum menambahkan dalam pelaksanaannya, program ini tidak hanya menyoroti aspek pencegahan kekerasan, tetapi juga membangun ekosistem perlindungan anak yang utuh. DP3A melibatkan enam komponen utama, mulai dari peningkatan kapasitas guru, pembentukan Satgas Perlindungan Anak, hingga penyediaan layanan konseling ramah anak di sekolah.
“Masalah kekerasan terhadap anak bukan persoalan tunggal. Ia bagian dari permasalahan sosial yang lebih luas. Karena itu, pencegahannya pun harus dilakukan secara menyeluruh dan melibatkan semua unsur, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat,” ujar Uum.(dsn)
Kumpulan Artikel Tips & trik gaya hidup
Tips & trik Lifehack
tips
tips agar cepat hamil
tips diet
tips diet sehat
tips menurunkan berat badan
tips cepat hamil
tips menambah berat badan
tips agar bayi cepat gemuk dalam 1 minggu
tips agar cepat melahirkan di usia kandungan 38 minggu
tips menulis kreatif
tips menabung
tips gemukin badan
tips agar melahirkan normal lancar dan tidak sakit
tips mengecilkan perut
tips sukses pubertas
tips diet cepat
tips menurunkan tekanan darah tinggi
poster tips sukses pubertas
tips diet pemula
tips hidup sehat
tips move on
tips agar cepat tidur
tips awet muda
tips menaikkan berat badan
tips belajar efektif
tips and tricks
tips mengatasi badan lemas
tips menabung harian
tips interview kerja
prediksi tips parlay 100 win
tips tinggi
tips tidur cepat
tips agar cepat haid
tips agar cepat kontraksi asli
tips kesehatan
tips menabung 1 juta per bulan
tips menghilangkan jerawat
tips belajar bahasa inggris
tips ibu hamil 9 bulan agar persalinan lancar
tips gamis untuk orang gemuk
tips agar miss v tidak kering saat berhubungan
tips kepala sering pusing
tips gemuk
tips cepat hamil setelah haid selesai
tips kurus
tips untuk memanjakan diri
tips tinggi badan
tunjukkan tips tidur
tips cepat tidur
tips agar tidak mabuk perjalanan